Sampai dengan tahun 2000, sebagian besar fokus penelitian di Indonesia adalah bidang pedesaan dan pertanian (dalam arti luas) dan pendidikan. Hal ini karena komunikasi saat itu dibangung dalam kerangka pembangunan Indonesia sebagai masyarakat agraris yang sedang berkembang.
Dua dasawarsa sesudahnya, kajian komunikasi menjadi lebih luas, meliputi kajian tentang keluarga, budaya, kesehatan, krisis, turisme, gaya hidup, dan aspek kehidupan lainnya. Hal ini disampaikan oleh Dr. Ir. Djuara P. Lubis MS, Dosen Pascasarjan Komunikasi Pembangunan IPB, pada hari Selasa, 23 Maret 2021, dalam rangkaian Kuliah Dosen Tamu bertajuk “Lanskap Penelitian Komunikasi Untuk Perubahan Sosial”. Webinar ini dimoderasi oleh Dr. Yanuar Luqman, pengampu Mata Kuliah Komunikasi Strategis Untuk Perubahan Sosial, dan dihadiri mahasiswa pascasarajana Undip, Unair, IPB, serta masyarakat umum yang tertarik pada isu perubahan sosial.
Komunikasi Pembangunan sendiri lekat dengan komunikasi pedesaan dan pertanian. Inisiasi Komunikasi Pembangunan mulai muncul ketika berakhirnya Perang Dunia II: awal perencanaan dan skema modernisasi, untuk perubahan dan pertumbuhan daerah tertinggal (Presiden Henry Truman, 1948). Istilah ‘Komunikasi Pembangunan’ pertama kali dicetuskan oleh Dr. Nora Cruz Quebral pada tahun 1970-an. Komunikasi pembangunan hadir sebagai teori dan paradigma baru untuk mendorong perubahan dan pertumbuhan ekonomi. Saat ini Komunikasi Pembangunan menjadi lebih kontekstual pada isu-isu pembangunan masyarakat bukan hanya infrastruktur semata.
Apa yang menjadi kekhasan dan membedakan komunikasi pembangunan dalam konteks perubahan masyarakat adalah bahwa komunikasi pembangunan dalam konsep dan teorinya berangkat dari perspektif masyarakat. Masyarakat sebagai subjek pembangunan, sehingga teori dan konsep lebih melihat dari kacamata komunikan dalam merespon pesan. Dr. Djuara menjelaskan ada tiga aras dalam teori perubahan sosial yakni Aras Individu, Komunitas dan Aras Lingkungan.
Ragam teori yang ditawarkan meliputi Komunikasi Lingkungan, Komunikasi Budaya, Peace and Conflict Communication, Komunikasi Bencana, Komunikasi Resiko, Komunikasi Krisis, Komunikasi Keluarga, Komunikasi Kesehatan, Indigenous Communication dan Kajian Edutaintment. Adapun metodenya bisa menggunakan Pendekatan Kuantitatif dengan survey dan eksperimen, Pendekatan Kualitatif, Analisis Isi dan Wacana, Audit Komunikasi, Semiotika, Analisis Jaringan Komunikasi, Etnografi Komunikasi, Netnografi dan Big data.
0 Komentar