Pemerintah Indonesia terus mendorong pengembangan ilmu pengetahuan. Berbagai usaha dilakukan termasuk diantaranya melalui jalur publikasi ilmiah. Usaha ini membuahkan hasil, terlihat dari jumlah publikasi ilmiah Indonesia yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah ini tidak hanya untuk publikasi dalam negeri, akan tetapi juga publikasi internasional
Hal ini tentu menumbuhkan optimisme bahwa Indonesia mampu bersaing dengan publikasi ilmiah negara-negara tetangga. Secara kuantitas, Indonesia memang terbukti mampu meningkatkan daya saingnya. Akan tetapi, bila membicarakan research impact, maka Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Hal ini tidak hanya terkait dengan peningkatan kualitas penelitian yang dilakukan oleh para akademisi Indonesia, akan tetapi juga terkait dengan aspek visibilitas karya-karya para akademisi.
Sebagus apapun hasil riset yang telah dilakukan, impactnya tidak akan optimal apabila publikasi hasil riset itu tidak visible. Hal ini disebabkan oleh makin banyaknya publikasi ilmiah, sehingga setiap publikasi harus bersaing dengan publikasi lain dalam mendapatkan perhatian masyarakat. Upaya untuk meningkatkan visibilitas hasil riset dalah dengan mempromosikan publikasi hasil riset. Visibilitas publikasi menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh para akademisi. Hal ini tidak hanya karena adanya altmetrics yang digunakan sebagai metrics pilihan dalam melihat impact publikasi, namun juga karena urgensi untuk mempromosikan suatu karya ilmiah demi pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Untuk meningkatkan visibilitas publikasi, para akademisi bisa menggunakan media sosial. Media sosial sendiri sebenarnya tidak hanya menjadi media untuk mempromosikan karya, manfaat lain yang bisa dipetik dari penggunaan media sosial di kalangan akademisi adalah untuk mendapatkan informasi, berjejaring bahkan media sosial juga bisa menjadi objek penelitian.
Dalam penelitian terkait media sosial, para akademisi juga membutuhkan sumber- sumber informasi. Untuk itu para akademisi juga perlu mendapatkan informasi tentang sumber-sumber informasi yang bisa diakses untuk melakukan penelitian, termasuk diantaranya sumber-sumber informasi elektronik berupa ejournals.
Dengan pertimbangan pentingnya media sosial di kalangan sivitas akademika dan juga pentingnya pengetahuan akan akses sumber informas elektronik, maka maka UPT Perpustakaan dan Percetakan Universitas Diponegoro bekerjasama dengan Forum Komunikasi Pustakawan dan Pengelola Perpustakaan Universitas Diponegoro mengadakan webinar tentang Media Sosial untuk Akademisi. Sebagai narasumber adalah Dr. Lintang Ratri Rahmiaji dengan judul materi yg dibawakan “Social Media : The Fifth Estate” dan DwiJayangto Suandaru SE dengan judul materi yg dibawakan adalah “Proquest : Bring you Globally”.
Acara berlangsung dinamis dan interaktif, diikuti lebih dari 180 peserta dari UPT Perpustakaan seluruh Indonesia. Dr. Lintang menekankan pentingnya kesadaran untuk menggunakan media sosial sebagai kekuatan baru di era prosumer. Pengguna internet harus lebih berfokus pada eksplorasi dan kreativitas produksi konten positif dan secara aktif menggunakan hak digital untuk menyuarakan pemikiran-pemikiran yang seringkali tidak mendapatkan perhatian di ruang dominan.
0 Komentar